KUA Brangsong Kabupaten Kendal Bercolaborasi Dengan Mahasiswa PPP UIN Walisongo Lakukan Penyuluhan Pernikahan Dini Kepada Ibu-Ibu MT. Anariyah
Kendal, 30 September 2024, sekelompok ibu-ibu Muslimat MT Anariyah di Kecamatan Brangsong berkumpul di rumah salah satu warga untuk menghadiri penyuluhan tentang pernikahan dini. Acara ini merupakan kolaborasi antara KUA Brangsong dan mahasiswa PPP UIN Walisongo Semarang. Suasana tampak penuh antusiasme saat mereka menunggu kehadiran Ibu Solekhatul Amaliyah, seorang penyuluh yang telah lama dikenal bijaksana dalam memberikan pemahaman mengenai dampak pernikahan dini.
Tepat pukul sembilan pagi, Ibu Solekhatul tiba dengan senyum hangat. Penampilannya yang sederhana namun berwibawa segera menarik perhatian para peserta. Setelah memberikan salam pembuka, beliau memulai penyuluhan dengan membahas fenomena pernikahan dini yang masih sering terjadi di wilayah Brangsong dan sekitarnya.
“Menikah itu ibadah,” ujar Ibu Solekhatul, “Namun, menikah di usia dini tanpa persiapan mental, fisik, dan pengetahuan yang memadai bisa membawa dampak buruk, terutama bagi anak perempuan.” Pesan ini disampaikan dengan tegas, mengingat banyak ibu yang hadir memiliki anak atau cucu yang tengah memasuki usia remaja, sehingga tema ini sangat relevan bagi mereka.
Dalam Penyuluhannya, Ibu Solekhatun membagikan berbagai kisah nyata mengenai anak-anak perempuan yang menikah muda tanpa pemahaman mendalam tentang tanggung jawab berumah tangga. banyak dari mereka kemudian menghadapi masalah kesehatan, ketidakmampuan mengelola rumah tangga, hingga perceraian
Salah satu poin penting yang ditekankan oleh Ibu Solekhatul adalah pentingnya pendidikan bagi anak perempuan. “Pendidikan adalah fondasi yang penting dan tidak boleh diabaikan,” tegasnya. Ia menjelaskan bahwa dengan pendidikan, anak-anak perempuan akan memiliki lebih banyak pilihan dalam hidup dan mampu membangun keluarga yang lebih stabil serta sejahtera.
Para ibu yang hadir tampak setuju dan sering kali mengangguk sebagai tanda dukungan. Beberapa dari mereka bahkan mulai mendiskusikan bagaimana mereka dapat mendukung anak-anak mereka untuk menunda pernikahan sampai mereka benar-benar siap. Penyuluhan ini tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga mendorong perubahan pola pikir para ibu.
Menjelang akhir sesi, Ibu Solekhatul memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya. Salah satu ibu bertanya, “Bagaimana kita bisa meyakinkan anak-anak kita yang sudah ingin menikah muda?” Dengan lembut, Ibu Solekhatul menjawab bahwa pendekatan yang paling efektif adalah berbicara dengan hati, menjelaskan masa depan, tantangan yang akan dihadapi, serta pentingnya kesiapan sebelum menikah.
Setelah lebih dari satu jam, penyuluhan ditutup dengan doa bersama. Para ibu meninggalkan acara dengan pikiran yang lebih terbuka dan semangat baru untuk melindungi anak-anak mereka dari pernikahan dini. Penyuluhan berikutnya dijadwalkan dalam dua minggu, dan para peserta sudah tak sabar menantikannya karena merasa memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga masa depan generasi berikutnya. Mahasiaswa PPP UIN Walisongo semarang
Menjelang akhir sesi, Ibu Solekhatul memberikan waktu untuk tanya jawab. Salah satu ibu mengangkat tangan dan bertanya, “Bagaimana kita bisa meyakinkan anak-anak kita yang sudah terlanjur ingin menikah muda?” Ibu Solekhatul menjawab dengan lembut, “Bicaralah dengan hati, bukan hanya logika. Jelaskan tentang masa depan mereka, tantangan yang akan mereka hadapi, dan betapa pentingnya memiliki kesiapan sebelum mengambil langkah besar dalam hidup.”